" Masa sekarang ini kita hidup dalam tipu daya, penuh
kepalsuan, terlena dalam kekayaan semu. Hampir semua orang mempertaruhkan nyawa
demi tumpukan kertas bergambar yang dibubuhi dengan deretan angka-angka. Mereka
akan bersedih, marah hingga kecewa apabila kehilangan kertas-kertas bergambar
itu, entah karena koyak, terbakar, atau dicuri."
Begitulah
tipu daya uang kertas. Tipu daya yang memuakkan. Harga-harga barang naik tidak
terkendali, namun itu adalah kepalsuan. Sesungguhnya uang kertas itu tidak
bernilai, harganya semakin merosot, perlahan tapi pasti hanya akan menjadi
kertas bekas.
Sesungguhnya,
emas dan perak sudah menjadi mata uang tunggal dunia sejak beribu-ribu tahun
silam. Dahulu kala, mulanya, orang-orang melakukan perniagaan dengan cara
tukar-menukar barang. Seseorang menawarkan barang yang dia miliki kepada yang
membutuhkan untuk ditukar dengan barang yang dia butuhkan. Namun,
ujung-ujungnya, nilai suatu barang menjadi tidak seimbang. Maka sejak saat itu,
uang mulai diperkenalkan.
Uang mengalami perubahan dari masa ke masa. Pada
mulanya benda-benda tertentu yang dianggap berharga dapat dijadikan uang.
Misalnya, batu berharga, kulit kerang, dan lain-lain. Kemudian semua orang menggunakan
logam mulia, emas dan perak. Itulah uang sesungguhnya.
Namun,
semuanya berubah setelah uang kertas menyebar. Awalnya, seseorang yang memiliki
banyak uang ingin mengamankan uangnya dari pencuri, maka dia akan menitipkannya
kepada seorang pandai emas. Orang itu memiliki peti yang kuat dan lapak untuk
penukarannya. Dia membuat perjanjian penitipan uang, tentu saja pemilik uang
boleh mengambilnya kapan saja saat dia butuhkan. Setiap orang yang menitipkan
uangnya akan mendapatkan lembaran kertas sebagai tanda bukti kepemilikan jumlah
uang yang dititipkan.
Kemudian,
banyak orang yang lalai menukar kembali kertas itu untuk mengambil uang. Mereka
justru menggunakannya sebagai pengganti uang. Ketika si bangker mencoba berbuat
curang dengan cara mencetak kertas-kertas baru seenak perutnya dan meminjamkannya
kepada orang-orang yang sedang tidak punya uang. Tentu saja ada bunga di
pinjaman itu, dengan cara itulah banker memeras orang.
Uang
kertas bisa dicetak sebanyak-banyaknya, sedangkan logam mulia harus dicari di
pertambangan, lalu dicetak. Uang kertas yang terlalu banyak beredar membuatnya
semakin tidak berharga. Membuat harga-harga barang seolah terus naik dari tahun
ke tahun. Dengan harga yang sama pun, jumlah makanan yang bisa dibeli semakin
berkurang. Tipu daya ini sungguh mengerikan. Orang harus bekerja untuk biaya
hidup, namun upah mereka terus berkurang karena kemerosotan nilai uang kertas.
Hanya penguasa uang kertas saja yang menikmati kekayaan. Tabungan orang di bank
bisa saja dibekukan kapan pun, sehingga dia mendadak miskin.
Dan
kini, perlahan tapi pasti, ada segelintir orang yang ingin mengurangi jumlah
uang kertas setelah uang kertas menggantikan logam mulia. Mereka menginginkan
orang-orang menggunakan uang elektronik atau uang digital. Sebenarnya
keberadaan uang elektronik dan uang digital cukup untuk belanja online saja.
Namun, kaum itu ingin uang digital dipakai di segala urusan keuangan. Mereka
akan mendapatkan kekayaan dengan instant, cukup dengan menuliskan sejumlah
saldo di rekening mereka sendiri. Sedangkan orang lain akan dibuat miskin
dengan instant pula, cukup dengan menutup rekening secara sepihak.
Mereka
ingin mengendalikan dunia dengan segala cara. Kaum itu disebut elit global,
mereka merasa menjadi penguasa dunia. Siapapun rajanya, mereka merasa berhak
dan merasa lebih berkuasa dari para raja. Mereka menghalalkan segala cara, baik
atau jahat, semua dilakukan. Mulai dari melakukan pemaksaan mata uang, sampai
mengadu domba para raja mereka lakukan. Dimana Negara sedang merugi, mereka mendatangi
rajanya untuk menawarkan pinjaman uang, tentu saja dengan bunga yang memeras.
Dengan begitu, mereka merasa sudah membeli negara, raja, dan penduduknya. Mulailah
ikut campur membuat hukum, memaksakan kehendaknya. Sumber uang mereka adalah
hampa, hanya kertas bergambar.
Para
ilmuwan pun tidak luput menjadi korban para elit global. Dimana ada penemuan
yang tidak dapat mereka kendalikan untuk dijual, maka tidak segan mengirim
seorang pembunuh untuk melenyapkan ilmuwan itu. Mereka pun memaksa ilmuwan
untuk membuat penyakit rekayasa, tentu saja obatnya disimpan untuk dijual
dengan harga yang cukup memeras.
Kembali
lagi ke urusan uang digital, mereka ingin menguasai semua orang di muka bumi.
Memata-matai catatan belanja orang lain, memantau kegiatan semua orang. Apabila
ada yang dibenci, mereka tidak segan-segan untuk menyingkirkannya dengan cara
apapun.
Yang
dapat kita lakukan hanyalah kembali menggunakan logam mulia, memperlakukan uang
kertas hanya sebagai surat hutang yang harus segera ditukar, dan uang digital
hanya sekedar alat untuk mempermudah jual beli di internet. Membatasi
penggunaan uang selain emas dan perak adalah cara terbaik. Kita tidak akan bisa
dibuat miskin dengan cara yang mudah.
Comments
Post a Comment