Pernahkah kalian mendengar tentang kutukan Mpu Gandring? Kali ini, mari kita kupas tentang kutukan tersebut.
Kitab Pararaton menceritakan prahara berdarah di keluarga Singasari. Pembunuhan berantai yang terjadi karena kutukan Mpu Gandring. Kitab Pararaton dan Katuturanira Ken Arok dikarang pada tahun 1478 dan 1476. Cerita ini menggambarkan seperti apa pergantian kekuasaan yang mengiringi kerajaan Singasari.
Ken Arok terpesona oleh kecantikan Ken Dedes, istri Tunggul Ametung. Ketika itu Ken Arok terkesima melihat ada cahaya di balik pakaian Ken Dedes. Kala itu, kain menyingkap betis Ken Dedes sampai ke atasnya. Bahkan bayangan itu tidak pernah beranjak dari benak Ken Arok. Bukan birahi yang membuatnya terus membayangkannya. Namun ada sebuah rahasia. Itulah yang menjadi alasan mengapa kemudian Ken Arok bertanya kepada pendeta Lohgawe.
Menurut pendeta Lohgawe, barangsiapa yang berhasil memperistri Ken Dedes akan menjadi seorang raja besar. Ken Arok pun bertekad untuk menyingkirkan Tunggu Ametung. Ayah angkat Ken Arok, Bango Samparan menyarankan agar Ken Arok memesan keris kepada teman dekatnya, Mpu Gandring, pembuat keris ampuh dari Lulumbang. Ken Arok memenui Mpu Gandring dan meminta keris pesanannya selesai dalam masa 5 bulan, namun Mpu Ganding meminta masa satu tahun.
Lima bulan kemudian, Ken Arok kembali ke Lulumbang dan mendapati Mpu Gandring sedang mengasah keris pesanannya. Karena belum selesai, Mpu Gandring menolak untuk memberikan keris itu. Keris Mpu Gandring sendiri terbuat dari bongkahan logam yang jatuh dari langit. Bongkahan logam itu memiliki hawa jahat yang haus darah. Mpu Gandring masih harus meredam hawa jahat itu. Namun, Ken Arok menganggap Mpu Gandring terlambat, lalu merebut keris itu dan menikam Mpu Gandring. Sepertinya hawa jahat itu sudah mempengaruhi Ken Arok.
Sebelum mati, Mpu Gandring mengutuk Ken Arok dan tujuh keturunannya akan mati oleh keris itu. Merasa berdosa, Ken Arok berjanji jika sudah berhasil meraih cita-citanya menjadi raja, dia akan menunjukkan rasa terimakasih kepada keturunan Mpu Gandring. Di Tumapel, Ken Arok berkawan dengan Kebo Ijo, orang yang dikasihi oleh Tunggul Ametung. Ken Arok membuat Kebo Ijo tertarik dengan keris berukiran kayu cangkring yang dibawanya. Ken Arok pun meminjamkannya. Kebo Ijo senang memamerkan keris itu sehingga semua orang Tumapel tahu Kebo Ijo adalah pemiliknya.
Pada suatu malam, Ken Arok diam-diam mengambil keris itu tanpa sepengetahuan Kebo Ijo. Lalu Ken Arok menikam Tunggul Ametung yang tertidur lelap dan meninggalkan keris itu tertancap di dadanya. Warga Tumapel menuduh Kebo Ijo sudah membunuh Tunggul Ametung. Mereka mengeroyok Kebo Ijo dan membunuhnya dengan keris itu.
Ken Arok bebas dari tuduhan, namun tidak bebas dari kutukan. Kebo Randi yang masih kecil menangisi kematian ayahnya. Ken Arok merasa terharu melihatnya, kemudian menjadikan Kebo Randi sebagai pekatik. Orang seperti Ken Arok memiliki watak baik dan watak jahat, kedua watak itu saling membantu untuk meraih cita-cita.
Ken Arok berhasil memperistri Ken Dedes, tidak ada orang Tumapel yang berani mengganggu gugat. Bahkan keluarga Tunggul Ametung pun tidak berani berkata apapun. Ramalan pendeta Lohgawe menjadi kenyataan. Ken Arok berhasil mengalahkan raja Kediri, Dandang Gendis atau Kertajaya. Dia mendirikan Singasari pada tahun 1222. Sebelum duduk di singgasana Singasari, Ken Arok membangun kekuatan di berbagai daerah untuk menumbangkan Kadiri. Bersama Ken Dedes, dia berhasil memperluas kekuasaannya. Ketika itu, Kadiri di bawah raja Kertajaya, kitab Pararaton menyebutnya Dandang Gendis. Kemenangan diraihnya setelah pertempuran di Ganter. Kadiri tumbang di tahun 1222.
Wanita yang dipersunting oleh Ken Arok sedang hamil 3 bulan, mengandung anak dari Tunggul Ametung. Ketika lahir, anak itu diberi nama Anusapati. Sedangkan Ken Arok dan Ken Dedes memperoleh tiga putra dan satu putri yaitu Mahisa Wunga Teleng, Panji Saprang, Agni Bhaya, dan Dewi Rimbu. Dari perkawinannya dengan Ken Umang, Ken Arok mempunyai tiga putra : Panji Tohjaya, Panji Sudatu, Tuan Wregola, dan Dewi Rambi.
Ken Dedes merahasiakan kematian Tunggul Ametung. Namun, ketika Anusapati mulai beranjak dewasa, dia bertanya kepada ibunya, mengapa ayahanda memperlakukan dirinya berbeda dibanding saudara-saudaranya, apalagi dengan putra ibu muda, semakin berbeda. Dia pun mempertanyakan mengapa bukan dirinya yang lebih tua, melainkan Mahisa Teleng yang dinobatkan sebagai raja Kadiri. Ken Dedes akhirnya menyingkap rahasia bahwa Anusapati hanya anak tiri, dan ayah kandungnya mati dibunuh Ken Arok. Anusapati pun meminta Keris Mpu Ganding yang dipegang oleh ibunya.
Anusapati menyuruh Ki Pangalasan dari desa Batil untuk membunuh Ken Arok. Orang suruhannya berhasil membunuh Ken Arok yang sedang makan di saat senja. Setelah menyelesaikan tugasnya, Ki Pangalasan melapor, kemudian menerima imbalan dari Anusapati. Namun, karena merasa takut Ki Pangalasan menceritakan siapa yang menyuruhnya untuk membunuh Ken Arok, lantas Anusapati membunuh Ki Pangalasan. Sepeninggal Ken Arok, Anusapati dinobatkan sebagai raja Singasari. Namun dia selalu waspada. Bilik tidurnya dikelilingi parit, halamannya dijaga ketat oleh orang-orang kepercayaannya.
Panji Tohjaya, anak Ken Arok dari Ken Umang, mengetahui bahwa Ki Pangalasan hanyalah orang suruhan Anusapati untuk membunuh ayahnya. Dia menyusun rencana dengan cara mengajak Anusapati menyabung ayam. Tohjaya berhasil meminjam keris dari Anusapati dan menukarnya dengan keris lain. Sabung ayam membuat Anusapati lengah. Tohjaya tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menancapkan keris ke dada Anusapati. Kemudian Tohjaya naik singgasana setelah kematian Anusapati.
Tohjaya berkuasa diselimuti rasa takut. Dia menaruh curiga kepada Rangga Wuni, anak Anusapati. Rangga Wuni memendam dendam atas kematian ayahnya. Dia bersekutu dengan Mahisa Campaka, anak Mahisa Wunga Teleng yang tidak terima singgasana kerajaan Kadiri diambil Tohjaya. Rangga Wuni melakukan pemberontakan, menyerang Istana. Tohjaya melarikan diri, kemudian dia mati di pelarian karena terluka parah. TIdak sampai setahun Tohjaya menjadi seorang raja.
Rangga Wuni naik singgasana kerajaan Singasari dengan gelar Sri Raja Wisnu wardhana. Mahisa Cempaka turut memerintah dengan gelar Narasimhamurti. Mereka mengadakan pemerintahan bersama dengan mempersatukan Singasari dan Kadiri. Negarakertagama mengumpamakan Wisnu dan Indra. Kutukan Mpu Gandring pun sirna. Wisnuwardhana menjadikan kawah gunung Kelud sebagai tempat untuk melenyapkan hawa jahat keris Mpu Gandring.
Comments
Post a Comment