Uang atau daun, itulah sesuatu yang sering dipertanyakan. Orang kaya memiliki banyak uang, dan orang lain mempertanyakannya. Apakah itu uang atau daun ? Dalam sudut pandang nenek moyang dan makhluk halus, kekayaan sejati adalah harta yang sudah jelas bentuknya. Harta itu adalah rumah, tanah, ternak, tanaman, dan logam mulia.
Dahulu kita membayar barang belanjaan dengan uang logam, kemudian uang yang berasal daun bergambar, dan kini sebagian pembayaran dilakukan dengan uang hampa. Setiap hari, daun-daun itu tumbuh semakin banyak, lalu berjatuhan dari pohon yang rimbun. Dahulu, selembar daun dapat memuaskan keinginan kita dalam berbelanja, kini selembar daun itu hanya dapat ditukar dengan beberapa barang saja.
Dahulu kala, emas dan perak digunakan untuk alat pembayaran. Negara yang mempunyai uang adalah negara kaya, sedangkan negara yang sengsara tidak memiliki uang. Lalu mereka mencetak uang sendiri yang bukan dari logam, hanya dari daun-daun bergambar. Negara-negara yang hina itu mulai mempermainkan perniagaan dunia.
Di dunia gaib, mata uang yang berlaku adalah emas dan perak. Sedangkan logam murah berlaku sebagai uang kecil. Jual beli dengan bangsa manapun tetap menggunakan logam, tidak ada yang bisa membayar dengan daun. Bahkan pelaku pesugihan hitam saja menerima uang berupa kepingan emas. Mereka tidak menerima daun bergambar.
Siluman membeli jasa manusia dengan emas. Pesugihan hitam ini tiada berbeda dengan jual beli. Sayangnya, seringkali ada sebuah perjanjian diantara pelakunya. Siluman tidak seperti manusia yang dapat melanggar janji. Mereka adalah sosok yang selalu berusaha untuk menepati janji. Karena janji tetaplah janji, tidak ada yang boleh melanggar.
Pelaku pesugihan hitam pun ada yang meminta uang kepada Siluman atau makhluk halus lain. Pelaku pesugihan itu memberikan persembahan seperti seorang tamu yang sedang bertandang. Lalu dia utarakan maksud dan tujuan dari kedatangannya. Singkat cerita, mereka membuat sebuah perjanjian. Pelaku pesugihan itu menerima sejumlah uang. Namun, itu tidak diberikan secara cuma-cuma. Uang itu dihitung sebagai hutang. Tentu saja, si pelaku menerima emas, bukan uang kertas yang nilainya setara dengan daun-daun yang gugur dari pohon.
Terserah akan diapakan, yang pasti dia sudah berhutang. Dia harus melunasinya sebelum masanya tiba. Apabila terlambat, apa yang dimiliki oleh si pelaku digunakan untuk membayar. Jika dia bersikeras untuk tidak mengembalikannya, dia akan kehilangan segalanya. Sampai tidak memiliki apapun dan tidak punya siapa-siapa lagi. Bahkan dia kehilangan kebebasannya.
Comments
Post a Comment